Kemandirian dan Ketahanan Anak Bermula Dari Rumah
Pada 23 Juli merupakan harinya anak-anak di seluruh Indonesia. Pada hari tersebut segenap bangsa memeringati dan merayakan Hari Anak Nasional. Beragam kegiatan telah dipersiapkan untuk memeriahkan salah satu hari nasional di negara ini. Peringatan Hari Anak Nasional tahun ini yang akan dilaksanakan di Convention Hall Jakarta rencananya akan dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden Boediono dan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo tersebut mengangkat tema “Indonesia Yang Ramah dan Peduli Anak Dimulai Dari Pengasuhan Dalam Keluarga”.
Tema pembentukan karakter anak yang dimulai dari pengasuhan keluarga diangkat bertujuan untuk mewujudkan anak Indonesia yang berkualitas, cerdas dan berakhlak mulia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Meneg PPPA), Linda Amalia Sari Gumelar, yang dimuat pada www.antarasumbar.com yang ditemui di Jakarta pada 2 Juli silam. “Tema peringatan Hari Anak Nasional 2013 ini diharapkan dapat menggugah sikap keramahan dan kepedulian segenap masyarakat terhadap anak”, ujarnya. Selain itu beliau juga menjelaskan bahwa penanaman dan pembentukan karakter dari keluarga harus dilakukan sedini mungkin karena anak merupakan calon pewaris bangsa yang akan menjadi generasi penerus.
Melihat tema Hari Anak Nasional tahun ini maka kedua orang tua kembali diingatkan betapa penting karakter anak yang terbentuk dari pola asuh dalam keluarga. Orang tua sangat memegang peranan besar dalam pembentukan karakter anak karena karakter yang baik dan positif harus dibangun sejak dini dan dimulai dari keluarga sebagai lingkungan terkecil. Tema tahun ini juga jelas menyatakan bahwa karakter anak membutuhkan proses yang tidak sebentar. Pengasuhan yang baik dan positif dalam keluarga menjadi faktor penentu. Orang tua sebagai teladan dalam keluarga menjadi tokoh utama yang akan menularkan sikap mental yang baik terhadap buah hati. Salah satu karakter yang sangat diperlukan anak dalam menjalani hidupnya kelak adalah kemandirian.
Diperlukan kerjasama antara kedua orang tua
Dukungan orang tua adalah sesuatu yang mutlak diperlukan dalam mendidik kemandirian anak. Ayah dan Ibu harus saling mendukung satu sama lain untuk menciptakan kesempatan pembelajaran untuk anak. Sering kali terjadi, di saat Ayah sedang mengajarkan kemandirian terhadap anak namun ibu dengan alasan tertentu membela sang anak atau sebaliknya. Sehingga diperlukan kerjasama antara kedua orang tua. Dapat dikatakan bahwa anak adalah hasil didikan orang tua sehingga ayah dan ibu perlu berperan aktif dan menyadari betapa pentingnya peran mereka dalam membentuk karakter buah hati.
Meneg PPPA juga menekankan pentingnya konsep parenting dalam mengasuh dan mendidik anak. Selama ini pengasuhan lebih ditekankan kepada para ibu, padahal peran ayah tidak kalah penting. “Anak membutuhkan keteladanan dalam proses pertumbuhannya dan hal itu harus didapat dari kedua orang tuanya,” jelasnya. Sehingga untuk membentuk karakter anak yang positif perlu kerjasama antara ayah dan ibu. Sejalan dengan moto Hari Keluarga Nasional yang ke-20 yang telah diperingati pada 26 Juni silam, “Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, Keluarga Harapan Bangsa” akan menjadi wadah pencetak sumber daya yang nantinya berperan dalam pembangunan nasional. Keluarga yang “sehat” akan menghasil anak-anak Indonesia yang “sehat” pula.
Kenapa kemandirian penting ditanamkan sejak dini?
Kemandirian adalah sesuatu yang sangat penting diajarkan terhadap anak sebagai bekal berharga yang tidak dapat dibeli demi masa depannya nanti. Orang tua tidak dapat selamanya dapat mendampingi anak dalam setiap episode kehidupan mereka sehingga sangat penting untuk mendidik anak terbiasa melakukan pekerjaannya sendiri. Kemandirian dapat diajarkan sesuai dengan usia sang buah hati. Sering kali kata “anak” diartikan untuk yang berumur lima tahun ke bawah, sedangkan yang berusia hingga 18 tahun pun masih tergolong pada kategori anak.
Kemandirian memupuk rasa tanggung jawab dan percaya diri
Melatih kemandirian akan memberi banyak pengalaman yang akan memperkaya kemampuan emosinya. Namun sebaliknya, anak yang tidak diberi kesempatan untuk belajar mandiri akan terpuruk pada kondisi ketergantungan terhadap orang lain. Anak yang mandiri akan mempunyai kepercayaan diri yang cukup untuk melakukan hal dengan kemampuannya sendiri. Pengalaman yang diperoleh anak selama proses pembelajaran kemandirian akan menghadapkan anak pada berbagai kondisi yang beragam. Kondisi yang berbeda-beda tersebut akan mengajarkan anak bagaimana bertahan dan bersikap pada situasi yang beragam. Selain itu anak yang mampu melakukan pekerjaan sendiri akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri menghadapi lingkungannya. Selain itu, terbiasa menentukan pilihan terhadap sesuatu yang sedang dihadapi akan mendidik anak untuk bertanggung jawab dan siap menerima konsekuensi dari pilihannya.
Bagaimana cara memupuk kemandirian anak?
Mengajarkan kemandirian kepada anak memang bukan suatu hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran ekstra dalam menanamkan sikap mental tersebut karena membutuhkan sebuah proses. Apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk memupuk kemandirian anak?
1. Berikan fasilitas secukupnya
Fasilitas yang dimiliki terkadang membuat orang tua lupa bahwa itu bisa membunuh kemandirian anak. Orang tua kadang karena rasa sayang ingin memberikan apa yang tidak didapatnya semasa kecil sehingga ingin memberikan semua kepada anak padahal anak tidak membutuhkannya. Sehingga berilah fasilitas secukupnya yang benar-benar dibutuhkan anak.
2. Beri kesempatan untuk melakukan pekerjaannya sendiri sejak dini
Kemandirian adalah sikap mental yang membutuhkan proses yang cukup lama dan harus ditanamkan sejak dini. Saat ini sering sekali terdengar pekerjaan rumah (PR) yang ditugasi oleh guru di sekolah beralih menjadi tugas bagi orang tua di rumah. Tidak jarang pula terlihat anak yang telah duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih disiapkan semua kebutuhannya termasuk buku dan alat tulis sehari-hari. Tidak sedikit pula kita temui kegiatan penerimaan mahasiswa baru di sebuah perguruan tinggi menimbulkan kemacetan di ruas-ruas jalan sekitar yang disebabkan oleh banyaknya orang tua yang masih mengantarkan anak mereka. Padahal di umur yang akan segera beranjak dewasa seharusnya anak telah mampu melakukan hal tersebut secara mandiri. Maka beri anak kesempatan untuk melakukan tugasnya sendiri walaupun bisa memakan waktu lebih lama seperti mengerjakan tugas sekolah, membereskan kamar, mainan dan barang-barang pribadinya.
3. Hargai hasil pekerjaannya
Hargai hasil pekerjaan yang telah dilakukan anak walaupun hasilnya belum maksimal. Hal ini akan memotivasi anak untuk terus dapat melakukan pekerjaan dengan kemampuannya sendiri.
4. Jika dibutuhkan bantu anak dengan memberi solusi alternatif
Usahakan untuk tidak cepat membantu ketika anak terkendala sesuatu dalam menyelesaikan pekerjaannya karena tujuan kemandirian yang ingin dilatih tidak dapat tercapai dengan baik. Memberi waktu juga akan membuat anak terlatih untuk memikirkan solusi terhadap kendala yang dihadapinya. Anak pun juga akan belajar bahwa untuk melakukan sesuatu dalam hidup bisa saja ada banyak kendala di sana sini. Jika dirasa anak sangat membutuhkan bantuan sebaiknya orang tua tidak langsung memberi pertolongan yang menyelesaikan masalah namun berilah beberapa solusi alternatif dari masalah yang dihadapi yang tidak terpikir oleh mereka. Dengan begini anak pun belajar untuk memilih apa yang terbaik untuk dirinya.
5. Ajak anak menerawang jauh ke depan
Sesekali tanyakan apa cita-cita dan ajaklah anak menerawang masa depan seperti yang diinginkannya. Dengan begitu orang tua dapat memberikan gambaran bahwa untuk mencapai cita-citanya tersebut diperlukan kerja keras yang didukung sikap-sikap mental yang positif seperti kemandiriaan sehingga harus ditanamkan sejak kecil.
Ketahanan diri buah manis dari kemandirian
Kemandirian tidak saja mengasah rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri anak tetapi juga berbuah ketangguhan dan ketahanan diri. Anak yang mandiri akan mempunyai ketahanan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak terbiasa menyelesaikan masalahnya sendiri. Sikap mental ini sangat diperlukan sebagai bekalnya menjalani kehidupan sosial di luar rumah. Cepat atau lambat anak akan berjuang sendiri untuk kehidupannya kelak. Sayangi anak-anak kita dengan memberi mereka bekal yang cukup untuk menghadapi masa depan. Untuk itu, mari jadikan Hari Anak Nasinonal tahun ini sebagai momen untuk menciptakan keluarga yang memberikan pola asuh yang mengasah kemandirian dan ketahanan diri anak sejak dini.
Sumber: mjeducation.co