Home Anak dan Keluarga Waspada! Ini 5 Masalah Berbahaya yang Bisa Terjadi Selama Periode Kehamilan

Waspada! Ini 5 Masalah Berbahaya yang Bisa Terjadi Selama Periode Kehamilan

 

Waspada! Ini 5 Masalah Berbahaya yang Bisa Terjadi Selama Periode KehamilanKehamilan adalah masa-masa penting dimana janin mengalami perkembangan tubuh dan organ penting sampai akhirnya siap dilahirkan. Tapi dalam periode ini juga rawan banget terjadi berbagai masalah atau gangguan. Ada banyak faktor yang bisa memicu masalah kehamilan, mulai dari pendarahan, muntah dan mual, sampai penyakit yang diderita si ibu misalnya jantung dan diabetes. Bisa juga dipicu faktor lingkungan seperti kurang gizi, tekanan emosi akibat lingkungan tidak mendukung dan fasilitas kesehatan terdekat kurang memadai.

Bahkan kondisi janinnya sendiri juga bisa memicu masalah kehamilan lho, Misalnya janin yang mengalami kelainan kromosom dan cacat bawaan. Untuk menghindari hal-hal yang nggak diinginkan, pemeriksaan rutin selama kehamilan ini penting banget. Melalui pemeriksaan rutin, gangguan kehamilan seperti ini bisa dideteksi dan langsung diatasi.

1. Gangguan Kehamilan Preeklamsia


Preeklamsia adalah gangguan kehamilan sangat serius yang mempengaruhi sekitar 5 persen populasi wanita hamil. Preeklamsia terjadi kalau ibu hamil mengalami tekanan darah yang tinggi. Selain itu kadar protein dalam urin atau ginjal mengalami ketidak normalan setelah usia kehamilan 20 minggu. Preeklamsia ini perkembangannya cepat, bahkan sampai membahayakan organ penting tubuh yang bisa berujung kematian.

Kondisi ini bisa diatasi dengan pemeriksaan teratur dan penanganan tepat dari dokter. Banyak juga kok ibu yang didiagnosa preeklamsia tapi masih bisa melahirkan dengan lancar. Tapi kalau kondisi preeklamsianya parah, biasanya dokter akan meminta ibu hamil untuk melahirkan dini sebelum waktunya.

2. Masalah Kekurangan Cairan Ketuban/ Oligohidramnion

Selama kehamilan, kantung ketuban yang berisi cairan ini berguna untuk melindungi dan mendukung perkembangan janin di dalam rahim. Kalau jumlah cairannya terlalu sedikit, kondisi ini disebut oligohidramnion. Kira-kira ada 4 persen wanita hamil yang cairan ketubannya kurang memadai di beberapa titik. Masalah ini biasanya sering dialami pada trimester ketiga kehamilan.

Kalau ibu hamil didiagnosa mengalami Oligohidramnion, dokter akan terus memantau perkembangan kehamilan dengan cermat untuk memastikan bayi tumbuh normal. Ketika mendekati waktu persalinan, dokter akan mempertimbangkan penggunaan induksi atau tidak. Soalnya dalam beberapa kasus yang berat, dokter terpaksa mengeluarkan bayi sebelum waktunya.

3. Diabetes Gestasional

Bagi ibu hamil, penting banget untuk selalu menjaga kadar gula darah dalam batas normal melalui olahraga dan pola makan sehat. Tapi ada juga sebagian ibu yang nafsu makannya nggak terkendali, hobi makan dan minum manis dan aktivitas fisiknya kurang. Gaya hidup nggak sehat kayak gini bisa meningkatkan risiko ibu hamil menderita diabetes gestasional. Masalah ini bisa berpengaruh sangat serius pada perkembangan janin.

Ibu hamil yang didiagnosis diabetes gestasional bisa memiliki risiko sekitar 25-50 persen menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Risiko ini bisa diturunkan dengan gaya hidup sehat dan mempertahankan berat badan.

4. Kehamilan Ektopik atau Kehamilan diluar Kandungan

Kehamilan ektopik adalah hamil di luar kandungan dan bukan di tempat yang semestinya. Contohnya janin berkembang di saluran tuba atau saluran indung telur. Kondisi ini bisa sangat beresiko, bahkan sampai mengancam nyawa ibu. Kalau usia kehamilan semakin bertambah dan perut ibu semakin membesar, ada risiko pecah dan timbul pendarahan dalam perut.

Gejala kehamilan ektopik diantaranya nyeri perut, pendarahan pada vagina sebelum persalinan, kondisi ibu semakin menurun dan pucat. Sampai sekarang, masalah ini masih belum jelas penyebab pastinya. Tapi ada beberapa kemungkinan yang menjadi faktor risiko, mulai dari penggunaan alat kontrasepsi spiral (IUD), pernah mengalami kondisi serupa sebelumnya, infeksi tuba falopi atau radang panggul. Masalah kesuburan dan juga tindakan sterilisasi yang ikatan tubanya tidak sempurna.

Kondisi kehamilan ektopik harus dideteksi sedini mungkin karena sangat berbahaya buat keselamatan ibu. Apalagi nggak ada cara lain yang ditemukan untuk mentransfer janin dari luar rahim ke dalam rahim. Dokter biasanya akan menganjurkan ibu hamil untuk menggugurkan kandungannya.

5. Plasenta Berada Dalam Posisi Tidak Normal (Plasenta Previa)

Ada beberapa faktor yang bisa memicu kondisi ini, diantaranya riwayat plasenta previa pada kehamilan sebelumnya, kelahiran kembar. Merokok, hamil anak pertama diatas 35 tahun dan punya kelainan rahim. Gejala  yang terjadi biasanya pendarahan vagina setelah 20 minggu kehamilan yang disertai sakit dan kram.

Penanganan yang akan dilakukan juga tergantung beberapa hal, misalnya terjadi pendarahan atau tidak, berapa banyak pendarahannya, usia kandungan dan juga kondisi ibu dan janinnya. Biasanya ibu hamil yang cuma mengalami sedikit pendarahan atau tidak sampai terjadi pendarahan, akan dianjurkan bedrest dirumah. Mereka juga dianjurkan untuk menghindari hubungan seks dan tetap waspada.

Sedangkan kalau ibu hamil yang pernah mengalami pendarahan akan disarankan menginap di rumah sakit sejak usia kandungannya 34 minggu. Supaya ibu hamil bisa segera mendapat pertolongan kalau sewaktu-waktu terjadi pendarahan lagi. Dokter juga kemungkinan akan mempertimbangan melakukan operasi caesar pada usia kandungan 36 minggu. Tapi sebelumnya, ibu hamil akan diberi obat untuk mempercepat perkembangan paru-paru janin. Sementara kalau pendarahannya cukup parah, dokter akan melakukan operasi caesar walaupun usia kandungannya belum cukup. (Dira Elita)


Sumber: www.radarpekalongan.com

 
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner

" Mukanya yang mungil dan semyumnya yang lucu selalu membawa kegembiraan dan kedamaian"
Bu Juni Kader dari RT 6

Banner
free counters
Free counters

My site is worth$15,643.58Your website value?