Roh Baru Gerakan Posyandu

 

Masyarakat telah lama mengenal pos pelayanan terpadu (posyandu) sebagai tempat pelayanan kesehatan dasar bagi ibu dan balita.

Berbagai kegiatan pun dilakukan oleh kader posyandu, yang tujuannya meningkatkan kualitas anak agar sehat dan cerdas, sebagaimana termaktub dalam program prioritas pembangunan nasional. Karenanya, pelayanan kesehatan anak balita di posyandu harus terus ditingkatkan.

Posyandu yang dirintis sejak 1983, telah membawa manfaat penting bagi masyarakat. Terutama sebagai ujung tombak deteksi dini kesehatan, khususnya anak balita dan ibu hamil. Karenanya, pelayanan kesehatan anak balita yang diselenggarakan posyandu harus selalui ditingkatkan melalui kegiatan revitalisasi posyandu.

Salah satu bentuknya adalah pengembangan menjadi posyandu peduli tumbuh-aktif-tanggap (PPTAT). Posyandu plus itu diharapkan mampu melakukan upaya pemberdayaan keluarga dalam memantau dan memberi pola asuh TAT pada balita. Wujudnya adalah gerakan pemberdayaan keluarga untuk meningkatkan akses ibu dan anak batita terhadap pelayanan di posyandu tersebut.

Tahun ini, Gerakan Posyandu Peduli TAT telah diresmikan oleh Ketua Umum Tim Penggerak PKK Pusat H. Vita Gamawan Fauzi SH dalam Gebyar Posyandu di Bekasi 24 Januari lalu. Ini merupakan program kerja sama PKK Pusat dan Nestle Dancow Batita dalam upaya memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas pelayanan posyandu melalui sosialisasi 3 tanda TAT sebagai panduan mudah bagi kader dan orang tua dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan optimal anak.

Panduan ini dirumuskan oleh tim ahli yang mewakili kajian ilmu terkait, terdiri atas ahli gizi Prof Dr Ir Ali Khomsan, ahli psikologi Dra Mayke Tedjasukmana MPsi, dan tim ahli PKK Pusat, yang kemudian dituangkan dalam modul-modul pelatihan sebagai panduan dalam pelatihan kader dan pelaksanaan harian posyandu.

Untuk Jawa Tengah, gerakan ini diawali pada 28 Februari lalu dengan kegiatan pelatihan bagi kader posyandu dan petugas kesehatan yang diikuti 120 kader dari Kabupaten Semarang, Kota Semarang, Banyumas dan Magelang.  Jumlah kader tersebut adalah bagian dari target pelatihan tahun ini sebanyak 8 ribu kader yang tersebar di 56 kabupaten/ kota dari 14 provinsi di Indonesia.

Asah Asih Asuh

Nanti, posyandu peduli TAT selain melayani kegiatan seperti posyandu pada umumnya, harus melayani 7 hal lainnya. Yakni memantau pertumbuhan lewat penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran lingkar kepala atas anak, memantau keaktifan anak dalam melakukan keterampian gerakan kasar (loncat, lari, memanjat), keterampilan berbicara, gerak halus, dan kecerdasan lainnya.

Seterusnya adalah memantau respons anak terhadap lingkungan, mempelajari temperamen anak batita, dan upaya memberikan pola asuh yang tepat, mengenali sedini mungkin adanya permasalahan pada batita sehingga dapat segera dilakukan layanan rujukan ke puskesmas. Juga menyelenggarakan layanan konsultasi bagi orang tua yang mengalami permasalahan anak batitanya, serta membimbing orang tua untuk melakukan berbagai jenis kegiatan stimulasi sehingga anak batita meningkat kecerdasannya.

Guna mencapai keberhasilan dalam layanan prima pada 7 kegiatan tersebut, kader posyandu harus menerapkan pola landasan asih asah asuh. Penerapan metode dan teknik asih asah asuh oleh kader posyandu akan berdampak pada meningkatnya jumlah masyarakat yang datang. Hal ini dapat menekan jumlah drop out pengunjung dan mewujudkan pengunjung yang lestari dan setia. (10)


— Sri Rejeki Sardi AMd, Ketua Posyandu Mawar V Kelurahan Bangetayu Kulon Kecamatan Genuk, Posyandu Terbaik Kota Semarang 2012

 

Sumber: suaramerdeka.com