Si Kecil Iri Minta Gendong Juga Ya?

 

 

Reza (10 bulan) merengek saat sang Bunda menggendong Kayla, sepupunya yang baru lahir. Saat Bunda menggendong lama Kayla, tangis Reza pun pecah. Aih, Reza iri berat rupanya.

Anak seusia Reza memang sudah dapat mengenali dan merasa memiliki. Ia tahu bahwa itu adalah Bundanya, karena itu si kecil “miliknya” itu direbut orang lain. Tahukah pula Anda, anak usia 3 hari saja sudah bisa membedakan ASI milik Bundanya dengan milik orang lain hanya dari baunya. Sementara anak berusia antara 2,5 bulan sampai  6 bulan sudah dapat membedakan berbagai ekspresi wajah yang ada dihadapannya, seperti marah, kesal, dan sedih.

Meski tampaknya si kecil belum bisa apa-apa, ternyata diam-diam dia juga belajar mengenal Bunda, loh. Sesuai dengan umurnya, makin lama dia akan semakin ‘tahu’ tentang Anda. Jadi jangan heran, kalau si kecil dipindahkan gendongan dari Anda ke orang lain, sering muncul keengganan darinya untuk beranjak dari dekapan Bunda. Begitupula bila ia melihat Anda menggendong anak lain dan bukan dirinya, ia bisa merengek atau tangisnya pecah.

Rasa iri dan cemburu terjadi sama halnya seperti rasa sayang. Dan mungkin saja hal ini akan selalu terjadi meski anak-anak sudah besar. Kita sendiri pernah merasa cemburu, iri, kesal, marah, dan sayang dengan adik atau kakak kita sendiri bukan? Hanya saja, sebagai orangtua, kita dituntut untuk bisa mengarahkan rasa sayang menjadi lebih besar daripada rasa iri dan cemburu.

Nah, santai saja menghadapi ulah si kecil yang suka iri. Masih dalam taraf normal dan wajar. Saat dia merasa sedih, coba sesekali biarkan saja agar anak belajar mengatur perasaan hatinya. Coba perlakukan anak tidak seperti anak kecil (meski sebenarnya dia memang masih anak kecil). Coba juga untuk tidak terlalu menanggapi ulahnya saat cemburu dan rewel lantas menggigit-gigit jarinya. Karena dia pikeir dengan menggigit jari, si kecil merasa mendapat perhatian dari Bundanya lagi.

Sebenarnya sikap iri si kecil ini merupakan salah satu caranya berkomunikasi. Kalau orangtua tanggap, hal ini diyakini mampu membangun kepekaan indentitas mereka kelak loh. Lebih dari sekadar rangkaian kata dan kalimat, komunikasi adalah proses yang kompleks di mana anak-anak menerima begitu banyak informasi dari apa yang disampaikan orangtuanya.

Misalnya, informasi apa saja yang disampaikan orangtuanya, tekanan dalam suara bernada keras, lembut, kasar ataupun hanya bisikan, bahkan isyarat, dari cara menyampaikannya hingga ekspresi wajah orangtua. Anak-anak akan melihat, mendengar, dan bereaksi terhadap semua informasi, apakah itu sebagai perintah, sebuah larangan, atauun ejekan.

Dalam menjalin komunikasi dengan anak-anak, ada komunikasi nonverbal yang disisipkan. Biasanya itu diwakili impresi orangtua lewat ekspresi wajah dan bahasa tubuh. Cobalah amati ekspresi Anda dalam cermin. Apa yang Anda lihat dan temukan? Apakah Anda memiliki ekspresi cemberut, masam, ramah ataukah tegang?

Ketika Anda mendekati batita dengan menunjukkan wajah lembut dan penuh senyum, informasi atau pesan tersebut akan diterima si kecil. Begitu juga dengan bahasa tubuh. Nah, jika anak iri saat kita menggendong anak orang lain, cobalah untuk memberi pengertian padanya. Meski butuh waktu, lama kelamaan, dari proses interaksi yang terjadi, anak pasti akan mengerti. Apalagi, seiring bertambahnya usia.

Sumber: psikologianak.net