Tantangan Program Keluarga Berencana Masa Kini & Solusinya

 

 

Program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) yang segera dilakukan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bukan tanpa tantangan. Banyak sekali tantangan harus diatasi agar program KBB menyentuh dan diikuti masyarakat. Apa sajakah itu?  
Prof. Dr. Haryono Suyono selaku Ketua Yayasan Demandiri mengungkapkan bahwa BKKBN memiliki banyak tantangan berat dalam era desentralisasi ini. Contohnya saja, membuat keluarga sehat dan sejahtera tanpa harus banyak yang meninggal.

Selain penjelasan di atas, masih ada lagi tantangan yang harus di hadapi BKKBN. Untuk mengetahui lebih jelas, berikut, Prof. Haryono menjelaskan beberapa tantangan penerapan program KBB.

- Tingkat kelahiran yang tinggi, kematian ibu yang terus meningkat. Di mana untuk kematian anak lebih dari 40 bayi dari 1.000 kelahiran anak, sedangkan untuk kematian ibu di atas 30 per wanita dari 1.000 melahirkan anak.

- Pertumbuhan penduduk yang setiap tahun selalu meningkat. Di samping itu, pertumbuhan penduduk urban yang kian meningkat, bila dahulu sangat plural.

- Membina keluarga sehat, bahagia, sejahtera, dan tak banyak yang meninggal dari ibu dan anak. Seperti yang diketahui dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2012, angka kematian total bayi dan angka kematian ibu masih sangat tinggi.

Sementara itu, Prof. Haryono juga menjelaskan ada beberapa cara yang harus lebih digiatkan agar bisa mengatasi tantangan tersebut, yakni sebagai berikut:

- Menyebarkan bidan ke setiap daerah-daerah perdesaan. Hal itu untuk bisa mengatasi kebutuhan seseorang akan alat kontrasepsi jangka panjang, menjamin kesehatan ibu dan anak, dan terus menyosialisasikan 4T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu dekat jarak kelahiran, terlalu banyak atau sering melahirkan)

- "Menyegarkan" peran Posyandu untuk pelayanan KB dan kesehatan, terutama di daerah pedalaman. Kalau perlu, bidan dan dokter keliling di daerah yang sudah dipetakan BKKBN yang populasi unmet need-nya (seorang yang kebutuhan alat kontrasepsinya belum terpenuhi) sangat tinggi. Pasalnya, bidan dan pelayanan keluarga berencana merupakan kartu truf untuk bisa mengajak masyarakat ikut program KB.

- Kursus keterampilan untuk ibu balita sebagai pembekalan hidup mandiri di masa depan.

- Menyosialisasikan kebun bergizi di depan halaman, terutama di daerah pedalaman. Hal itu berguna untuk meningkatkan status gizi ibu dan anak.

- Pembinaan dan pelatihan untuk para bidan agar bisa memberikan pelayanan yang optimal dalam pelayanan bersalin dan pemasangan alat kontrasepsi untuk jenis spiral dan implan.

- Sosialisasi pendewasaan usia nikah dan pengaturan kehamilan dan kelahiran yang baik untuk ibu.

 

Sumber: okezone.com