Home Keluarga Berencana Pernikahan Usia Muda Perhambat Program KB

Pernikahan Usia Muda Perhambat Program KB

Angka usia menikah pertama penduduk Indonesia yang berusia di bawah 20 tahun masih tinggi, yakni mencapai 20 persen. Kondisi ini menghambat pencapaian program keluarga berencana (KB), sebab usia menikah yang rendah berbanding terbalik dengan angka fertiilisasi.

"Penduduk usia remaja turut menjadi sasaran utama program KB. Namun bukan dalam sosialisasi penggunaan alat kontrasepsi, melainkan penundaan usia pernikahan. Program KB itu ada 2, mendorong orang menggunakan alat kontrasepsi, dan menunda usia pernikahan, dan remaja masuk dalam kategori yang kedua," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN), Sugiri Syarief, di Jakarta, Kamis (3/5).

Populasi penduduk usia remaja (16-24) mencapai 27,6 persen dari jumlah penduduk Indonesia atau 64 juta jiwa. Jumlah tersebut merupakan sasaran potensial untuk mendorong kesuksesan program KB. Salah satu instrumen untuk mendorong generasi muda menunda usia pernikahan adalah pendidikan. Sebab semakin tinggi usia menikah, fertilitasnya akan turun.

"Masa mudanya akan diisi dengan berkarya, dan bersekolah, sehingga tidak buru-buru memikirkan menikah," ungkap Sugiri.

Selain program duta mahasiswa, BKKBN juga meluncurkan program Generasi Berencana (Genre) Goes to School diluncurkan BKKBN. Program ini juga ditujukan untuk menekan tingginya angka perilaku seksual yang tidak sehat di kalangan remaja, khususnya yang belum menikah.

Program tersebut akan disosialisasikan ke seluruh sekolah di Indonesia. Tujuannya, agar generasi muda memiliki rencana matang dalam meniti masa depannya. Berdasarkan hasil survei kesehatan reproduksi remaja Indonesia (SKKRI) yang melibatkan responden remaja berusia 15-24 tahun, mengungkapkan, satu persen remaja perempuan dan enam persen remaja laki-laki pernah melakukan hubungan seksual pranikah.

Rencana Matang

Maka, pemahaman kepada para remaja, agar memiliki rencana matang tentang masa depannya, perlu diperluas. Nantinya, seluruh sekolah akan diluncurkan program serupa di seluruh Indonesia. Khususnya dalam waktu dekat program Genre masuk di 9 provinsi.

Salah satu dampak sampingan dari prilaku seks tidak sehat di luar nikah, yakni berkaitan dengan risiko penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif (Napza) serta penularan HIV dan AIDS. Berdasarkan data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) sampai 2008, sedikitnya 115.404 orang tercatat sebagai pengguna Napza. Dari jumlah tersebut, 51.986 di antaranya berusia remaja.

Program Genre dilaksanakan berkaitan dengan bidang kehidupan yang kelima dari transisi kehidupan remaja, yakni mempraktikkan hidup secara sehat. Menurut Sugiri, bidang inilah yang akan menentukan berhasil atau tidaknya remaja dalam menjalani bidang lain.

Program yang ditujukan kepada remaja dan mahasiswa ini diwadahi dalam PIK Remaja/Mahasiswa dan keluarga yang memiliki remaja melalui wadah Bina Keluarga Remaja (BKR). PIK Remaja/Mahasiswa adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program Genre, yang dikelola dari, oleh, dan untuk remaja atau mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang pendewasaan usia perkawinan, delapan fungsi keluarga, dan keterampilan hidup.

"Dengan program ini, saya harap semua menyadari masalah besar yang dihadapi oleh remaja. Dengan kesadaran yang semakin tinggi saya yakin kita akan memberikan komitmen kuat bersama-sama membantu remaja untuk tidak menjadi korban dari seks bebas, HIV dan AIDS, serta Napza," pungkasnya.

Sementara itu, Direktur Bina Ketahanan Lanjut Usia BKKBN Syaiful M mengatakan, angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sudah berhasil diturunkan secara signifikan dari waktu ke waktu.

"Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), dari 390 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1991 turun menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 dan terus mengalami penurunan sekitar 200 per 1.000 kelahiran pada 2010," katanya.

Ia mengatakan pada Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) Kemitraan Program Kependudukan dan Keluarga Berencana tingkat provinsi NTT (1-3 Mei 2012), sebagai bentuk tindak lanjut dari Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) tanggal 12-16 Maret 2012 di Jakarta.

 

Sumber: koran-jakarta.com

 
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner

" Mereka tak mau digendong ... dan tak mau dipegang tangannya. Berjalan sendiri dengan wajah bersemangat.  Ya ... menambah semangatku untuk lebih giat melayaninya"
Bu Agus Kader dari RT 5

Banner
free counters
Free counters

My site is worth$15,643.58Your website value?