Pembangunan Tanpa KB Adalah Sia-sia
Apakah ada hubungan Keluarga Berencana (KB) dengan industri? Jika itu ditanyakan ke Sugiri Syarief, jawabannya pasti ada. Ketua Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pusat itu mengatakan hubungan tersebut sangat erat, seerat antara hubungan karyawan dengan perusahaan.
"Jika karyawan ber-KB, perusahaan pasti sehat," kata Sugiri dalam Penutupan Mobil Unit Penerangan (Mupen) On The Road Pesona Jawara 2012 di SOR Tri Dharma, Jumat (11/5/2012) kemarin.
Alasannya sederhana, kata Sugiri, jika karyawan berKB maka karyawan tidak akan banyak cuti sehingga produktivitas lancar. Dan dengan berKB kesehatan karyawan juga terjamin. Bandingkan dengan karyawan yang sering melahirkan sehingga menghasilkan banyak cuti yang akhirnya mengganggu produktivitasnya.
Dengan banyak anak yang diasuh, dijaga dan dirawat, waktu dan tenaga otomatis akan terkuras habis sehingga berpengaruh pada kesehatan.
Deputy Chairperson Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Nina Tursinah, juga mengamini pernyataan Sugiri. Bahkan Apindo sudah lama bekerjasama dengan BKKBN untuk urusan KB karyawan. Anggota Apindo yang mempunyai klinik diharuskan memberikan KB untuk karyawannnya. Selain itu pendeteksian kanker secara dini seperti pap smear juga diberikan.
Selain KB, Apindo juga bekerjasama dengan BKKBN untuk urusan Peningkatan Keluarga Sejahtera. Corporate Social Responsibility (CSR) untuk itu sudah ada. Dengan program tersebut, masyarakat khususnya kaum perempuan diberdayakan agar mandiri dengan cara berwirausaha. Apindo mengajarkan bagaimana produk dibuat secara berkualitas sehingga bisa diserap pasar.
"Pelatihan kami beri gratis, tetapi modal tidak gratis karena modal gratis itu sama saja meracuni. Kami memberi pinjaman dengan bunga kecil, hanya 6%. Bandingkan dengan bunga kredit Usaha rakyat (KUR) yang sebesar 16%," ujar nina.
Sementara itu, Sekdaprop Jatim, Rasiyo, mengatakan pembangunan itu sangat penting. Tetapi jika pembangunan tidak dibarengi dengan pengendalian pertumbuhan penduduk, itu sama saja sia-sia. Hasil pembangunan tidak ada artinya jika program kependudukan tidak dijalankan.
"Garda terdepan program KB adalah ibu-ibu PKK di kampung, RT dan RW. Secara struktural mereka adalah penggerak utama. Kami yang ada di atas tidak akan tahu siapa yang berKb siapa yang tidak. Ibu-ibu PKK adalah andalan program ini," ujar Rasiyo.
Sugiri sendiri menambahkan bahwa program kontrasepsi di Indonesia secara umum sudah berhasil dengan prosentasi 61,48 % dari jumlah penduduk Indonesia sebesar 245 juta jiwa. Prosentase itu meningkat dibandingkan 5 tahun lalu dengan prosentase 57%. Tetapi Indonesia tidak boleh terlena karena meski ledakan penduduk belum terjadi tetapi tanda-tanda ke arah itu sudah ada. Sejak 2002 - 2007 jumlah penduduk Indonesia stagnan dengan struktur jumlah balita tinggi sekitar 15% dan jumlah generasi muda usia produktif cukup besar yakni 64%.
"95 % warga tahu tentang KB. Tetapi tidak semuanya mau berKB. Faktornya macam-macam mulai dari keengganan hingga harga. Sebenarnya kami menyediakan mulai dari yang gratis hingga yang mahal, tetapi mahal itu juga pilihan" tandas Sugiri.
Kegiatan Mobil Unit Penerangan (Mupen) On the Road Pesona Jawara 2012 rupanya mendapat apresiasi dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Dengan rekor marathon selama 10 hari, Mupen On the road Pesona Jawara merupakan rekor terlama untuk sebuah perjalanan Komunikasi Informasi Edukasi Kependudukan dan Keluarga Berencana. Mupen On the Road mengawali perjalanannya dari Cilegon, Banten menuju Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogyakarta dan terakhir di Gresik, Jatim.
Sumber: surabaya.detik.com