Alat Kontrasepsi Ini Bisa Redakan Pendarahan Hebat Saat Haid

 

iudSecara umum pendarahan menstruasi yang hebat atau menorrhagia terjadi pada 1 dari 4 wanita namun jarang diperbincangkan. Lagipula bagi sebagian besar wanita, kondisi ini hanya dianggap sebagai gangguan kecil yang terjadi saat menstruasi.

Untuk mengatasinya, biasanya para dokter di AS meresepkan kontrasepsi oral dan pil hormon progestin meskipun keduanya terbukti tak selalu efektif bagi sebagian besar wanita yang mengalaminya.

Namun baru-baru ini sebuah studi dari Eropa menemukan fakta bahwa IUD (Intra Uterine Device) dapat melepaskan hormon progestin yang lebih efektif untuk dijadikan terapi pengobatan pendarahan menstruasi hebat. Secara khusus, IUD yang digunakan dalam studi ini adalah IUD Mirena yang dipergunakan secara luas di Eropa, tapi tak banyak diresepkan di AS.

Kesimpulan itu diperoleh setelah peneliti mengamati 571 wanita penderita menorrhagia yang diminta untuk menggunakan salah satu metode pengobatan; IUD Mirena, terapi hormon oral dan obat-obatan non-hormonal anti-pendarahan seperti asam tranexamic dan asam mefenamic.

Dua tahun kemudian, 64 persen wanita pengguna IUD dilaporkan mengalami perbaikan kualitas hidup, termasuk dengan aktivitas sosial, pekerjaan, keluarga hingga kehidupan seksnya.

Menurut peneliti Janesh Gupta, MD dari University of Birmingham, Inggris, studi ini menunjukkan bahwa IUD Mirena merupakan pengobatan terbaik yang diperlukan oleh para wanita penderita menorrhagia yang ingin tetap melestarikan kesuburannya.

"Pasalnya sekitar 25 persen wanita pasti mengalami pendarahan menstruasi hebat seumur hidupnya. Bisa dikatakan ini adalah masalah besar tapi pengobatan ini terbukti bisa jadi pilihan yang aman dan sangat efektif bagi sebagian besar wanita," tandas Gupta seperti dilansir WebMD, Jumat (11/1/2013).

Kalaupun ada pasien yang mengkhawatirkan infeksi panggul akibat pengobatan ini, Gupta pun mengungkapkan hal ini tak jadi masalah selama si pasien bersedia melakukan pemindaian untuk memastikan ada tidaknya infeksi sebelum IUD-nya dipasang.

Studi ini telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine.

 

Sumber:  detik.com