Proses Terjadinya Kehamilan

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat wanita melahirkan, baik itu keluarga kita sendiri maupun orang lain. Kita tidak akan menyadari bahwa seseorang itu hamil pada awalnya jika tidak dilakukan tes. Pada zaman dulu, jika para wanita ingin mengetes kalau-kalau dia hamil, yaitu dengan memeriksakannya ke dokter, kemudian dokter akan menggunakan alat-alat untuk mengetesnya lalu hasilnya bisa diketahui beberapa hari sesudahnya. Seiring dengan semakin canggihnya teknologi yang ada, para wanita sekarang dapat mengetes kalau-kalau dia hamil dengan hanya menggunakan pengetes yang sederhana, hasilnya pun dapat diketahui beberapa jam sesudahnya.

proses terjadinya kehamilanWalaupun sudah dilakukan pengetesan, kita tetap tidak mengetahui dengan jelas kenapa wanita tersebut dapat hamil. Hal ini disebabkan karena kita tidak mengetahui proses yang terjadi dalam perut wanita tersebut sampai akhirnya terjadi kehamilan. Untuk mempelajari proses-proses apa yang terjadi selama kehamilan, mula-mula kita perlu untuk mengetahui alat-alat tubuh apa yang berperan dalam proses tersebut.

Anatomi dari uterus pada wanita (yang berperan dalam proses kehamilan) terdiri dari beberapa bagian yang penting, yaitu endometrium, uterus, ovarium, cervix, vagina dan vulva.

Untuk lebih detailnya lagi, alat kelamin wanita (yang berperan dalam kehamilan) terbagi atas 2 bagian penting, yaitu bagian dalam dan bagian luar.

Organ genitalia wanita bagian luar terbagi atas :

  • Vulva merupakan sebutan untuk semua daerah pubis, berisi organ genitalia luar.
  • Tulang pubis merupakan tulang melingkar pada bagian atas dari daerah genitalia.
  • Mons merupakan jaringan lemak yang menutupi tulang pubis.
  • Labia mayor merupakan lapisan lunak dari kulit di bawah mons yang melindungi vagina.
  • Labia minor merupakan lapisan yang lebih lunak dibandingkan labia mayor yang ditemui pada bagian luar dari bibir vagina.
  • Himen merupakan jaringan tipis yang melintang dan dapat menutupi pembuka vagina setengahnya.
  • Clitoris merupakan organ dari wanita yang telah dewasa yang memberi respon pada saat dilakukan kegiatan seks. Bagian ini merupakan tujuan akhir dari saraf.

Organ genitalia wanita bagian dalam terbagi atas :

  • Ovarium merupakan 2 kelenjar reproduksi yang memproduksi hormon dan telur.
  • Tuba fallopi merupakan dua tubulus tempat jalannya telur dari ovarium ke uterus. Tuba fallopi ini sering pula disebut dengan tuba uterine yang menghubungkan rongga peritoneum dengan rongga uterus melalui lumen di ujung tuba yang terbuka, lumen ini merupakan tempat oosit untuk masuk ke dalam tuba setelah ovulasi dan masuk sampai sepertiga lateral tuba dan tinggal di sini sampai terjadi fertilisasi.
  • Uterus merupakan organ muscular di dalam tubuh dimana telur yang telah dibuahi berkembang.
  • Endometrium merupakan bagian landasan dari uterus yang meluruh setiap bulannya.
  • Cervix merupakan bagian yang paling bawah dari uterus, terletak di antara vesika urinaria dan rectum. Bagian ini membentuk saluran yang menuju vagina, dan akhirnya sampai pada bagian luar tubuh.
  • Vagina merupakan saluran yang berasal dari servix ke bagian luar tubuh dan keluar seperti cairan menstruasi keluar; ketika bayi lahir, juga melalui vagina.

Kini setelah mengetahui tentang organ-organ genitalia wanita, maka kita dapat membahas tentang proses-proses kehamilan.

Proses Kehamilan

Proses kehamilan ini dibagi menjadi proses sebelum terbentuknya embrio dan setelah terbentuknya embrio. Proses sebelum terbentuknya embrio terbagi atas fase di uterus dan fase di ovarium.

1. Fase pada uterus

Fase ini terbagi menjadi tiga fase yang saling berhubungan satu sama lain, yaitu:

  1. Fase Proliferasi
  2. Fase Sekresi
  3. Fase Menstruasi

2. Fase pada ovarium

Fase ini terbagi menjadi tiga bagian yang saling berhubungan selain satu sama lain, juga berhubungan dengan fase pada uterus, yaitu:

  1. Fase Follikularis
  2. Fase Ovulasi
  3. Fase Luteal

Seorang anak perempuan, mempunyai ovum dan selubungnya yang disebut folikel primordial. Folikel ini yang akan memberikan makanan pada ovum dan membuat ovum tetap dalam keadaan primordial. Setelah masa pubertas, bila FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan LH (Luteinizing Hormone) dari kelenjar hipofise anterior disekresi dalam jumlah besar, maka seluruh ovarium dan folikel akan mulai bertumbuh.

Perkembangan selanjutnya dari folikel primordial ini akan membentuk suatu folikel primer. Diperkirakan pada seorang wanita dewasa terdapat kira-kira 100.000 folikel primer. Tiap bulan satu folikel akan keluar, kadang-kadang dua folikel, yang dalam perkembangannya akan menjadi Folikel De Graaf.

Perkembangannya ini mulai pada saat jumlah FSH yang meningkat sehingga merangsang terbentuknya suatu folikel De Graaf. Proses ini dikenal dengan fase Follikularis. Folikel ini merupakan bagian terpenting dari ovarium dan dapat dilihat di korteks ovarii dalam letak yang beraneka ragam dan pula dalam tingkat –tingkat perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graaf yang matang terisi dengan likour folikuli, mengandung estrogen, dan siap untuk berovulasi.

Fase follikularis ini berlanjut dengan fase proliferasi pada endometrium. Dimana dinding endometrium yang meluruh pada saat fase menstruasi akan kembali terbentuk. Proses yang terjadi pada fase ini adalah sel-sel epitel dari dasar kelenjar pada lapisan basalis akan berproliferasi banyak sekali dan dengan cepat bermigrasi ke permukaan superficial mukosa untuk menutupi permukaan yang terbuka. Hal ini terjadi karena stimulasi dari hormon estrogen yang dihasilkan oleh sel theca pada folikel de Graaf.

Selanjutnya pada fase ovulasi, dimana pada wanita yang mempunyai siklus seksual normal 28 hari, terjadi 14 hari sesudah terjadinya menstruasi.

Fase ovulasi awalnya terjadi karena hormon LH meningkat, disebabkan karena hormon FSH yang yang telah menurun setelah menstimulasi folikel primer menjadi folikel de Graaf. LH kemudian menggantikan fungsi FSH. Produksi LH yang semakin banyak akan membuat folikel menjadi pecah dan ovum, yang ditutupi oleh lapisan sel granulanya, akan keluar dari folikel.

Ovum yang terlepas tadi akan diterima oleh sebuah mikrofilamen yang berasal dari sel fimbrial tuba fallopi. Ovum kemudian akan disalurkan oleh kontraksi dari otot ritmik tuba fallopi ke dalam lumennya. Ovum yang dari tuba fallopi akan masuk ke dalam ovarium untuk mengalami pematangan. Setelah matang, akan disalurkan ke uterus melalui tuba fallopi. Dalam perjalannya ovum dapat saja bertemu dengan sperma dan mengalami fertilisasi.

Fertilisasi terjadi pada saat materi genetic dari sperma bergabung dengan materi genetic ovum untuk membentuk telur yang matang, atau zigot, yang akan menjadi sel pertama dari individu baru yang akan lahir nanti. Sebelum fertilisasi oosit yang disalurkan dari ovarium ke uterus, jika tidak menemui sperma dalam waktu paling lama 24 jam, maka oosit akan meluruh di endometrium.

Folikel yang pecah tadi nantinya akan membentuk suatu badan yaitu korpus rubrum. Perkembangan dari korpus rubrum ini akan membentuk corpus luteum jika terjadi fertilisasi pada endometrium dan akan membentuk korpus albikans jika tidak terjadi pembuahan pada oosit.

Proses terbentuknya corpus luteum disebut dengan fase luteal. Korpus luteum ini akan memproduksi hormon progesteron yang berperan dalam pemberian makanan pada endometrium sehingga ketebalannya dapat terjaga. Proses ini dikenal dengan fase sekresi dari endometrium. Jadi jika yang terjadi sebaliknya yaitu terbentuk korpus albikans, maka hormon progesterone tidak akan terbentuk dan dinding endometrium tidak akan terjaga lagi ketebalannya. Hal ini menyebabkan dinding endometrium pada dua lapisan luarnya akan meluruh dan terjadilah fase menstruasi.

Umumnya embrio hasil implantasi ini mengambil makanannya dari sel-sel pada dinding endometriumnya. Akan tetapi, setelah bulan kedua kehamilan, terbentuklah plasenta yang menyediakan nutrien dan oksigen bagi embrio dan sebagai saluran keluar hasil metabolisme dari embrio. Selain itu, plasenta juga berfungsi dalam mensekresi HCG (Human Corionic Gonadotropin) yang digunakan untuk mempertahankan corpus luteum sehingga progesteron dan estrogen tetap terproduksi. Juga untuk merangsang sel intertisiel laydig yang ada dalam alat kelamin jantan.

 

Sumber: infokedokteran.com