Jangan Rebutan Ya…
Duh, pusing deh, lagi-lagi si kecil selalu bertengkar karena rebutan mainan. Gimana sih cara membuat mereka kompak bermain tanpa bertengkar?
“Mungkin Ekal masih terlalu kecil untuk diminta jaga adiknya. Pernah dia dititipi sekali untuk jaga Yayi sebentar, eh, malah mereka rebutan mainan. Bukan itu saja, Ekal juga mendorong adiknya sampai jatuh. Semenjak itu kalau enggak terpaksa, kami enggak akan meninggalkan mereka berdua deh!” Begitulah ungkapan Mama Dina tentang kedua anaknya, Ekal (2,5 thn) dan Yayi (11 bulan).
Hampir tiap hari anak Anda mungkin bertengkar, entah dengan anak tetangga maupun adiknya. Yang rebutan mainanlah, tak mau membagi kuenya, maupun rebutan tempat duduk, dan sebagainya. Daripada pusing mendamaikan mereka melulu, kenapa tak mencoba untuk mengajari anak mengatasi atau menghindari konflik.
Nah di sinilah betapa pentingnya mengajari anak mengatasi maupun menghindari konflik. Kendatipun tak mudah, namun percayalah, kita pasti bisa melakukannya. Caranya dengan mengajak anak berdialog. Bukankah di usia prasekolah ia sudah bisa diajak berdialog, terutama saat bersikap dengan adiknya yang masih di bawah satu tahun. Jelaskan pada anak tentang etika bergaul seperti bagaimana akibatnya jika mereka selalu berebut dan tak mau berbagi, apalagi sampai bertengkar dan memukul. Ajarkan pula untuk bertenggang rasa dan berempati pada perasaan orang lain, juga pentingnya sikap saling memaafkan.
Tapi tentu tak cukup hanya bila dilakukan lewat dialog karena untuk mengajarkan sesuatu pada anak akan lebih efektif bila dilakukan juga lewat contoh sehari-hari dari orangtua. Orangtua tentunya pasti pernah bertengkar atau berargumentasi di depan anak-anak, kan? Nah, pastikan anak-anak melihat kedua orangtuanya saling meminta maaf dan saling memperbaiki diri seusai bertengkar. Jangan lupa untuk selalu mengajari anak-anak meminta maaf dan berdamai seusai bertengkar.
Disamping itu, media bantu seperti buku-buku cerita atau film yang memperlihatkan nilai-nilai tersebut juga akan sangat membantu dalam mengajarkannya. Selanjutnya, yang harus kita lakukan ialah melatih anak memecahkan masalahnya sendiri. Jadi, bila anak-anak sedang bertengkar, biarkan saja dulu, tak perlu tergesa-gesa mencampuri urusan mereka. Barulah jika pertengkaran itu sudah mengarah ke hal-hal yang membahayakan, orangtua harus segera menghentikannya. Misalnya, pertengkaran mengarah ke perkelahian atau bertengkar dengan kata-kata yang tak semestinya dilontarkan anak seusia itu.
Kala menengahi pun kita tak perlu buru-buru memberikan jalan keluar. Tanyai dulu keduanya, apa yang kalian ributkan? Jadi orangtua masuk dan mereka diajak diskusi agar lebih tenang dan tak main mulut begitu saja. Setelah salah satu bercerita, tanyai lagi lainnya, apakah itu benar? Dengan demikian mencegah mereka menjadi pengadu. Lantas, tanyai, apa yang bisa mereka lakukan untuk menyelesaikan konflik. Tentunya masing-masing akan mengemukakan argumennya.
Jika tak bisa diatasi, kita bisa menyita benda yang dijadikan rebutan. Mungkin mulanya mereka akan tambah ribut dan memprotes tindakan ini, tapi kita tetap harus tegas. Anak-anak perlu tahu, jika mereka terus ribut dan tak ada yang mau mengalah atau bergantian main, maka benda itu sama sekali tak boleh dimainkan. Lain halnya jika mereka dapat menegosiasikan cara bermainnya sehingga tak berebut atau bahkan malah hendak bermain bersama.
Cara lain, meminimalkan kemungkinan terjadinya keributan. Misalnya, bila anak memang tak suka meminjamkan mainan kesukaannya pada orang lain, ya, jangan keluarkan benda itu kala teman-temannya datang. Dengan demikian, konflik sama sekali tak muncul. Intinya, carilah cara sekreatif mungkin agar si kecil mau dan tertarik mendengarkan penjelasan Anda, dan kemudian secara sukarela mau mengubah perilakunya. Yang penting sekali lagi, butuh kesabaran orangtua dalam hal ini.
Sumber: psikologianak.net