Peran orangtua Untuk membantu mengoptimalkan Intellegensia anak-anak

 

Oleh: Ratih Gandasetiawan, Dipl. Phy.T (Senso Schule)

Sejauh mana sih, seorang anak mampu belajar sebelum usia 5 tahun, dan apa sebetulnya yang terbentuk pada otaknya selama prasekolah ini ?

Apakah tingkat kecerdasan anak itu ditentukan oleh faktor genetik dan apakah kecerdasan orangtua akan tetap terjamin pada anak ?

Ataukah tingkat kecerdasan anak dipengaruhi dari cara mendidik orangtua pada usia dini ?

Ya, ternyata keduanya memang ada pengaruhnya. Hanya saja apakah orangtua benar-benar sudah memberikan anak-anaknya kesempatan yang se-banyak-banyaknya untuk meng”eksplor” dunia kehidupannya dan memberikan ke”Mandiri”an agar anak bisa mengembangkan dirinya sendiri sebelum mereka memasuki jenjang sekolah ?

Bagaimana sebetulnya Perkembangan anak?

Bila kita simak sebetulnya sekarang sudah mulai banyak beredar melalui info-media berita-berita mengenai perkembangan anak, proses belajar anak, serta proses pertumbuhan otak anak sebelum usia 6 tahun, yang disebut juga sebagai usia Emas.

Dan disini saya ingin membedah sedikit proses perkembangan anak dari seorang pakar perkembangan anak Jean Piaget.

Sebagai seorang profesor di bidang Psikologi perkembangan anak dari Universitas Geneva, Swiss, beliau berpendapat bahwa kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya sudah dirintis sejak lahir, yang kemudian berkembanglah proses belajar anak sejalan dengan tahapan perkembangannya, yang disebut sebagai perkembangan kognisi anak atau perkembangan daya tangkap anak.

Piaget sendiri membagi tahap perkembangan kognitif anak dalam 4 tahapan :

  1. Tahap Senso-motorik ( sejak lahir sampai usia 2 tahun )
  2. Tahap pra-operasional ( usia 2 tahun sampai usia 7 tahun )
  3. Tahap konkret-operasional ( usia 7 tahun sampai usia 11 tahun )

  4. Tahap formal-operasional ( usia 12 tahun keatas )


Jadi jelas disini semua kemampuan yang harus dimiliki anak tidak didapat secara langsung oleh anak, namun secara bertahap tergantung dari banyaknya stimulus dan ruang gerak anak dalam meng”eksplor” lingkungan hidupnya. Dan stimulasi ini sudah dapat dimulai sejak usia dini.

Disini juga terbukti, bahwa masa yang paling optimal untuk merangsang kemampuan dasar proses belajar pada anak sebagian besar terjadi sebelum anak mencapai usia 6 tahun yang sering disebutkan sebagai Golden Age atau Usia Emas anak.

Bila anak memperoleh petunjuk dan pengarahan yang cukup dari lingkungannya, mengenai proses belajar semasa kecil tanpa ditertawakan atau dilecehkan, maka orangtua berarti sudah ikut meningkatkan kecerdasan anak-anaknya, serta sudah mensupport mereka suatu bentuk kegairahan untuk belajar seumur hidup mereka.


Siapa yang merupakan guru terbaik bagi anak?

Tidak dapat disangkal lagi orangtualah yang merupakan guru pertama yang terbaik dan terpenting bagi anak anda. Sebagai orangtua yang mempunyai kesempatan yang paling besar untuk mempengaruhi kecerdasan anak anda. Terutama pada saat-saat mereka masih sangat peka terhadap pengaruh dari lingkungannya.

Dengan memberikan anak pengarahan yang sesuai dengan tempo dan cara mereka belajar, maka anda sebagai orangtua yang merupakan sosok terdekat dan sangat mengenali anak anda, kapan dan bagaimana cara ia dapat belajar dengan se-baik-baiknya, harus menggunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.

Ada cerita :

Suatu hari di salah satu rumah dekat rumah kami , berkumpullah anak-anak , karena pada hari itu ada yang ber ulang tahun. Anak-anak terlihat sangat ceria, berlarian dan berteriak-teriak dengan penuh kegembiraan. Tidak berlangsung beberapa lama, tiba-tiba terasa begitu sepi hening sunyi tidak terdengar lagi suara anak-anak yang tadi ceria, tergelak-gelak dan berteriak-teriak, membuat kami sebagai orang tua mulai was-was dan mulai mencari di mana anak-anak berada, juga mulai bertanya-tanya apa gerangan yang terjadi? Untunglah tidak berapa lama kemudian ada beberapa orangtua menemukan mereka, dan ternyata mereka sedang asyik mendengarkan cerita dari salah satu anak yang masih berusia kurang lebih 9 tahun, yang sedang membacakan sebuah cerita kepada teman-teman lainnya.Terlihat disini semua teman-temannya merasa tertarik membuat mereka semua terpukau dan berdiam diri, berkonsentrasi mendengarkan cerita tersebut.

Perlu dijelaskan bahwa anak yang bercerita itu sebetulnya bukan anak yang genius, tingkat kecerdasannyapun hanya rata-rata, tetapi orang tuanya telah memberikan stimulus dan juga kesempatan pada anaknya saat otaknya sedang berkembang untuk selalu belajar berani untuk menghadapi tantangan hidup dalam bermain sehingga akhirnya anak mempunyai pengalaman hidup yang berimbas positif pada dirinya.

Secara inti dengan banyak meng”eksplor” dan mengenali serta memahami lingkungannya akan membuat sensorimotor anak berkembang dengan baik dan bisa mengoptimalkan kognisi anak. Hasil itulah yang membuat anak memiliki gairah belajar yang tinggi yang juga mengoptimalkan multiple kecerdasan anak.

Disini kita sudah melihat bahwa anda sebagai orangtua tidak perlu harus memberikan program pembelajaran yang akan melelahkan anak juga membuat anak menjadi akhirnya stress sehingga anak mulai menjadi agresif, membuat ulah yang tidak semestinya, karena akhirnya akan merugikan anda juga.

Jangan buat anak anda hanya mau belajar agar dia bisa menjadi status simbol, dan ini juga hanya dikarenakan anak kenalan anda yang mungkin sebaya dan sudah bisa membaca, dan anak anda belum. Dan mengapa anda menginginkan itu padahal mungkin kemampuan anak anda memang belum sampai disitu??? Bila anda memaksakan juga keinginan anda pada anak anda, berarti anda sudah merampas kesempatan anak anda untuk menikmati masa kecilnya, dan ini akan segera , dan ini akan segera imbas saat anak nanti menjelang dewasa. Inilah bibit kriminal yang anda tanamkan pada anak anda, umumnya anak yang tertekan saat kecil maka dia akan menjadi tokoh yang sering mengganggu ketenangan orang, menipu, memanipulasi, tidak bertanggung jawab, dan tidak pernah merasa bersalah meskipun sering minta maaf.

Perlu diakui dari hasil penelitian kami dilapangan sebagai para pakar perkembangan anak di Indonesia, yang kami lihat selama ini adalah :

  • Masyarakat Indonesia masih kurang menghargai kemampuan anak Balita sampai usia 6 tahun, ada yang menilai anak sama sekali belum mempunyai kemampuan sehingga harus selalu dibantu terutama dalam mengatur diri sendiri atau malah anak sudah dapat diberikan matapelajaran seperti membaca, menulis dan berhitung, yang ditambah dengan pengenalan bahasa Asing .

  • Masih kurangnya informasi bagaimana cara mendidik anak yang sederhana tetapi baik.

  • Juga kurangnya niat untuk mengubah tradisi-tradisi lama (aturan dan tradisi yang terlalu mengikat kebebasan anak) yang sangat menghambat perkembangan sensomotorik anak sehingga peningkatan kognisi/multiple kecerdasan anak yang bisa menghasilkan kegairahan anak dalam proses belajar juga terhambat.

  • Disamping itu, sistem pendidikan di negeri kita ini juga kurang memperhatikan sisi psikologi perkembangan anak terutama masa perkembangan anak yang paling peka, tetapi juga perkembangan selanjutnya yang mana penyajian materi sama sekali tidak disesuaikan dengan perkembangan kognisi anak.

  • Terbatasnya pengetahuan serta ruang gerak masyarakat kita untuk dapat lebih berkreasi dalam mendidik atau memahami cara-cara menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus.

  • Juga masih kurangnya kesadaran akan pentingnya kerjasama antar profesi dalam menangani permasalahan perkembangan anak.

Sedang kendala yang paling utama pada anak masih banyak orang dewasa yang kurang bersedia mendengarkan atau memberikan respons positif terhadap keluhan, dan permintaan anak-anak.

Tentu saja ini bukan berarti bahwa anda harus selalu me”lulus”kan permintaannya, tetapi mereka membutuhkan respons dan penjelasan dari anda, disitu mereka akan belajar merespekt penjelasan anda. Bila anda selalu konsisten dan konsekwen dengan penjelasan yang anda berikan maka anakpun akan belajar dari anda untuk selalu menghormati dan memperhatikan orang lain, sehingga tidak terjadi agresivitas pada anak.

Pengalaman Gerak Tubuh mengapa begitu penting?

Membiarkan anak belajar dari pengalaman gerak tubuhnya saja di usia dini pada anak, itu berarti anda sudah menerapkan sesuatu yang sangat berharga sesuai dengan kebutuhan otak anak anda ditahun-tahun awal dalam hidupnya. Hal sederhana itu saja anda sudah membiarkan agar perkembangan senso-motoriknya, serta perkembangan mental anak bisa berkembang sesuai dengan usianya dan atau mungkin malah lebih cepat. Semua ini akan membuat anak anda cerdas dan mempunyai gairah untuk rajin meneliti dan mempelajari banyak hal yang sudah di lalui nya melalui pengalaman hidupnya.

Yang paling saya sedihkan bila anda mulai berpikir untuk mendidik anak anda dengan tujuan agar anak menjadi manis, patuh, dan tidak mempunyai banyak tuntutan dan anda lupa akan akibatnya bahwa manusia juga belajar untuk menolak apa yang tidak diinginkan oleh dirinya.

Dan dapat dikatakan apabila terjadi hubungan antar manusia dibawah satu atap yangdipenuhi dengan rasa takut dan dendam, akan terjadi pola pembentukan pribadi (karakter) yang menuju ke suatu keinginan balas dendam yang sangat energik sebagai pembelaan dirinya. (Goethe)

Maka dari itu rangsanglah sensori-motor anak anda dan berikan mereka macam-macam kegiatan motorik agar mereka lebih bijak baik terhadap dirinya maupun terhadap orang lain,dalam memperhatikan dan mempelajari macam-macam benda yang ada di sekelilingnya. Ajak anak2 sering mendengarkan macam-macam suara dan bunyi, mencoba untuk mengikuti irama musik melalui gerak tubuh, menaiki benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak, biarkan anak mencoba mengangkat benda baik yang ringan maupun yang berat, menarik dan mendorong benda tersebut, meraba, dan meneliti benda-benda yang baru dikenalnya, tanpa harus ibu dan bapak membantunya, karena disinilah perkembangan sistem proprioceptis terjadi. Dan hal-hal seperti ini sama pentingnya seperti kebutuhan mereka terhadap makanan dan kasih sayang anda. Yang harus anda ingat, selama anak sedang meneliti dan mencoba, anda harus selalu berada disisinya memberikan pengarahan bila anak menemui kesulitan, bukan melecehkan atau menertawakannya.

Jangan terlalu banyak melarang dan bila memang ada hal yang membahayakan berikan anak anda penjelasan yang konkrit sehingga anak bisa menerima dengan lapang dada.

Berdialoglah dengan anak mengenai segala sesuatu yang anak harus atau ingin tahu, atau yang anda lihat dan dengar pada saat anda bersama anak anda.

Membatasi gerak anak pada saat anak berusia 9 sampai 18 bulan hal tersebut bisa menghambat perkembangannya, dan bahkan menurunkan tingkat kecerdasan dan emosional yang akan dicapai.” Begitu tulis Dr. Joseph Mc Vicker Hunt, profesor dalam psikologi di Universitas Illionis.

Memang banyak buku-buku mengenai pendidikan anak yang mengatakan “Biarkan anak itu matang sendiri, karena cara belajar itu akan muncul sendiri tanpa dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan dari luar” pernyataan ini tidak semuanya benar, karena menurut penelitian di lapangan menunjukan, bahwa kemampuan anak untuk meningkatkan kognisinya, sangat ditentukan oleh rangsangan dan kesempatan yang didapat dari lingkungannya dan tentunya dengan menggunakan tempo dan cara dari kemampuan anak itu sendiri.

Tahukah anda berapa banyak pertanyaan keingintahuan dari anak sekitar 2-3 tahun perharinya ? dari banyak bertanya itulah, cara mereka belajar oleh karena itu berikanlah jawabannya yang benar dan penjelasan yang sesuai dengan usia perkembangan anak dan kemampuannya.

Bahwa anak sekitar usia 3-4 tahun suka memperhatikan dan meniru perilaku orangtuanya yang sedang bekerja dan bukan yang sedang bermain, itu juga cara belajar anak untuk menjadi dewasa.

Anak-anak yang memperoleh kesempatan untuk mempelajari sendiri proses belajarnya melalui pengalaman tubuhnya sendiri (merasakan dan membuktikan sendiri), tanpa banyak didikte atau dikomentari oleh orang dewasa disekitarnya. Dan mereka akan terlihat lebih ceria dan lebih bergariah dalam menghadapi masa depannya. Umumnya dikemudian hari mereka akan selalu menunjukan sikap positifnya dari kepribadiannya, perasaannya, dan perilakunya. Dan umumnya merekapun mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan teman-teman lainnya yang mempunyai tingkat kecerdasan yang sama tetapi sering di “leceh”kan atau kurang diperhatikan oleh orangtuanya.

Cobalah pandai-pandai meneliti kegiatan-kegiatan apa saja yang menggembirakan anak anda, dimana minat anak anda yang paling ia suka untuk memberikan seluruh perhatiannya pada kegiatan tersebut.

Jauhkanlah anak-anak dari hal-hal yang bisa membuat anak anda menjadi sering ketakutan sehingga ia tidak mau mencoba sedikitpun meskipun sudah dimotivasikan. Tolong jangan diperkuat rasa takut anak anda dengan menertawakannya, atau menganggapnya lucu, dan jangan gunakan hal tersebut sebagai senjata untuk menyerang dirinya. Tapi tolong redam rasa takut itu, perkuat dengan kekuatan lain yang dimilikinya, beri dorongan mereka untuk mengulangi hal-hal yang positif bagi dirinya, meskipun anak terlihat masih belum berani untuk melakukannya.

Sayang sekali, masih banyak pendapat umum yang selalu mengatakan bahwa “Bermain” itu adalah lawan dari “Belajar”, hal ini tentu saja bisa menyebabkan anak merasa tertekan mentalnya, sehingga akhirnya mereka kurang bisa mengembangkan dirinya. Padahal bila kita cermati bersama, maka “Bermain” pada bayi atau anak, sebenarnya karena anak-anak sedang mempelajari sesuatu, dan memang begitulah cara mereka belajar.

Jadi “Belajar” itu, bukan harus selalu duduk diam, membaca atau menuliskan sesuatu. Belajar itu juga misalnya mengkreasikan sesuatu obyek, atau mengkreasikan mainan menjadi permainan yang meng”asyik”kan. Melalui bermain, anak belajar mengatasi permasalahan yang timbul pada dirinya tanpa bantuan orang lain, belajar untuk menaati aturan dari permainan tersebut, belajar mengatur strategi bagi dirinya agar tidak frustrasi dan belajar mengatur strategi untuk bisa menang, yang hasilnya dapat diakui oleh semua orang.

Melalui hal-hal tersebut diatas anak belajar menjadi mandiri dan juga mempunyai kepercayaan diri yang optimal. Sehingga dia akan selalu yakin dengan keberhasilannya tanpa harus menunggu bantuan dari orang lain.

Pada umumnya kegiatan di rumah merupakan kegiatan dimana anak bisa dengan nyaman dan tenang, mempelajari sesuatu yang dapat meningkatkan kemampuannya dan bisa memuaskan rasa ingin tahunya. Anak biasanya di rumah akan merasa lebih tenang dan akan lebih bebas mengkreasikan usahanya sendiri, dan mereka merasa lebih tenang untuk mengusahakan mengulang hal-hal yang tadinya dirasa sulit di sekolah. Apalagi bila orangtuanya berada didekatnya, maka anak akan selalu bergembira karena mereka selalu berharap untuk bisa mengulang lagi sehingga bisa mendapatkan support yang positif dari orangtuanya dalam mempelajari hal-hal yang baru itu. Dan disini mereka ingin sekali meyakinkan bahwa ia juga mampu berbuat hal-hal, yang mungkin sewaktu di sekolah dia dianggap tidak mampu. Jadi ingat sangatlah tidak adil, bila orangtua pada saat anak “Gagal” dalam bereksperimen, lalu anak itu ditertawakan atau dianggap bodoh, karena hal seperti itu akan sangat me”lemah”kan dan mengendurkan aktivitas belajarnya. Anak akan merasa tertekan dan bingung karena tidak mengetahui dimana tempat yang ia sebenarnya bisa merasa nyaman tanpa dilecehkan dan ditertawakan.

Persepsi guru di Indonesia mengenai pendidikan anak

Memang perlu diakui, masih banyak guru, yang menganggap, bahwa orangtua cukup hanya mengajarkan anaknya untuk siap dalam menjaga kebersihan tubuh saja, tidak mengompol dicelana atau bisa membersihkan ingusnya sendiri.

Sedang hal-hal yang lain yang dianggap oleh guru merupakan hal “Akademis” sehingga sudah selayaknya, itu merupakan urusan guru, sedang orangtua dalam partisipasi nya mendidik anak sering tidak di ikutkan sebagai team work dalam anjang pendidikan anak. Begitu juga kelebihan orang tua saat di ijinkan untuk ikut berpartisipasi dalam pendidikan anak, karena merasa sudah membayar uang sekolah maka orang tua sering menggunakan kesempatan ini sebagai anjang hubungan antar Majikan dan Karyawan, dan timbulah permasalahan baru yang sering membuat gurupun akhirnya mati kutu dan sulit untuk mengembangkan kreativitasnya.

Sebaiknya anggapan seperti itulah mulai sekarang kita buang jauh-jauh, karena anak boleh belajar di setiap kesempatan, apakah itu bersifat akademis atau yang hanya merupakan kemandirian dalam kegiatan aktivitas sehari-hari. Hanya mungkin karena kemampuan setiap manusia ada batasnya, maka kita harus ber inisiatif untuk membentuk satu teamwork yang solid dalam berbagi-bagi tugas untuk mendidik dan mengembangkan anak-anak kita sehingga kelak mereka menjadi tokoh-tokoh yang cerdas, teliti, kritis, dan mau bertanggung jawab.

Akhir kata

Bila anda memang mencintai anak anda berikanlah waktu yang cukup bagi anak anda, karena tanpa disadari anda sudah sangat membantu dalam perkembangan intelektualnya, salah satu cara adalah memberikan kesempatan pada anak anda untuk mengembangkan pengamatan (persepsi) visualnya, pengamatan auditori, serta kemampuan kinestetiknya melalui pengembangan sensorimotor begitu juga dari sensomotorik ini anak belajr menemui gaya belajar mereka. Dari penelitian dan pengamatan saya selama bertahun-tahun baik pada anak-anak saya sendiri maupun murid-murid yang pernah saya terapikan ternyata hal ini memberikan pengaruh yang sangat berharga akan keberhasilannya pada pendidikan sekolah dasar.

Selanjutnya orangtua juga dapat mempengaruhi kemahiran berbahasa pada anak, karena perkembangan berbahasa pada anak sangat tergantung pada orang dewasa yang berada disekitarnya, terutama pada tahun-tahun pertama dalam hidupnya.

Orangtua perlu mendorong anaknya untuk mengucapkan kata-kata dan mengajaknya berbicara serta memuji pada saat dia berkata-kata yang benar. Bisa juga dengan membacakan buku-buku cerita yang sesuai dengan usianya. Lalu meminta kepada untuk menceritakanya kembali sesuai dengan versinya sendiri, sehingga kita bisa berdialog dan membawa anak kembali kealur cerita yang sebenarnya. Dalam lingkungan yang seperti ini penggunaan kata dalam kalimatpun akan berkembang dengan sendirinya pada anak, dan bila anak kurang peduli berarti anda harus mengkonsultasikan anak anda pada pakar perkembangan anak sebelum terlambat.

Dan bila ia mahir memahami kata-kata yang sering anda gunakan, maka iapun akan mahir pula dalam menyampaikan perasaan dan keinginannya baik melalui bahasa tubuh dan juga mencoba melalui kata-kata, serta dikemudian hari ia akan berusaha sendiri untuk menggunakan kata-kata yang dikenali itu sebagai pengekspresian dari alat pikirnya.

Sebagai akhir kata, ingin saya berbagi bahwa kita sebagai orangtua harus selalu menyediakan lingkungan yang nyaman bagi anak, dan buatkan agar anak selalu mempunyai ruang gerak bukan hanya ruang gerak secara fisik saja, juga ruang gerak untuk pikirannya ini akan melatih mereka agar bisa “belajar untuk belajar”. Anak dapat dilatih menghadapi dunia sebagai sesuatu yang dapat dikuasainya melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan yaitu “Belajar”. Dan ini berarti mengembangkan kemampuannya, memberikan perhatiannya kepada orang lain dan melakukan kegiatan dengan tujuan tertentu. Dengan demikian berarti melatih anak untuk sabar menanti, menunggu giliran dalam menunda keinginan-keinginannya untuk tujuan yang lebih panjang. Juga berarti kita mengajarkan anak bisa memandang orang dewasa sebagai sumber pengetahuan, sumber penghargaan dan pengakuan.

Bila orangtua tidak mampu memberikan dasar-dasar perkembangan seperti ini, anak cenderung akan terhambat proses belajar selanjutnya dan masa pendidikannya tidak akan terlalu cerah.

Bila rumah mempunyai lingkungan yang menggairahkan, dimana anak diperbolehkan untuk mengeksperimenkan rasa keingintahuannya, serta tidak selalu mengatakan“Itu jangan, atau Itu tidak baik, jangan nakal ya! Atau ayo duduk yang manis ! Malu tuh sama tetangga, atau eh, itu tidak boleh” maka berarti anda telah membantu anak anda dalam meningkatkan kecerdasan IQ maupun EQ anak anda.

Jadi jangan hanya melihat pada perkembangan intelektual anak anda, tapi buatlah hubungan yang lebih erat dengan anak anda, nikmati hubungan anda dengan anak anda, tolong jangan terlalu menekan atau memaksa anak untuk belajar sesuatu, tapi arahkan anak anda untuk lebih mengenal konsep-konsep kehidupan dan lingkungannya. Sehingga anda bisa membuktikan pada anak anda, bahwa anda merupakan guru yang pertama dan terbaik untuk anak anda.

Literatur :

Paul Mussen, Einfuehrung in die Entwicklungspsychologie,Juventa verlag Muenchen,1974.

Burns-Roe-Roos, Teaching Reading in today’s Elementary schools,Hougton Mifflin Company Boston,fourth edition


Sumber: sensoschule.com