Upacara Kalung Usus

 

Upacara kalung usus dilakukan bagi bayi yang lahir dengan tali pusar melilit lehernya. Meurut kepercayaan masyarakat Cirebon, bayi yang lahir dalam keadaan demikian kelak menjadi anak yang cenderung temperamental dan berego tinggi. Oleh karena itu, dia cenderung menjadi anakn yang mau menang sendiri atau bias pula menjadi seorang pemberani.

Untuk mencegah hal-hal negatif pada kehidupan anak di kemudian hari, maka diadakan slametan dengan sedekah tumpeng poleng. Tumpeng poleng adalah tumpeng yang dibuat dari nasi beras biasa yang pada bagian bawahnya, tengahnya atau atasnya diwarnai dengan kunir. Lauk pauk pokok yang wajib disajikan adalah bekakak ayam dengan bumbu kecap dan irisan cabe merah. Tentu saja lauk pauk lain boleh ditambahkan sebagai pendampingnya.

Upacara kalung usus bisa dilakukan pada pagi, siang, sore maupun malam hari. Pelakunya adalah orang tua si bayi, kerabat  dekat dan dukun bayi. Biasanya upacara ini dilaksanakan berbarengan dengan  upacara puputan dan ngarani. Sebelum upacara kalung usus dimulai, orang tua si bayi atau sesepuh yang ditunjuk harus menyampaikan kepada hadirin ihwal maksud penyelenggaraan upacara tersebut. Setelah itu, seorang ahli agama atau sesepuh memimpin doa selamat, doa tolak bala dan doa panjang umur. Selesai doa, nenek si bayi atau salah seorang sesepuh perempuan memotong bagian puncak tumpeng dan kepala bekakak ayam kemudian diletakkan di atas piring kecil sebagai sesajen. Sebelum ditaruh di bawah ranjang dimana si bayi tidur, sang nenek menjumput nasi tumpeng dan daging ayam dari sesajen tersebut untuk kemudian ditempelkan pada mulut si bayi sambil berujar :

Nok / cung,  sira aja nakal. Dadia bocah kang idep, ................”. (Nok (kalau bayi perempuan), cung (kalau bayi laki-laki), jadilah anak yang baik, dan si nenek pun menyebutkan harapan-harapan lain untuk kehidupan anak kelak).

Nasi tumpeng poleng dan lauk pauk yang lainnya kemudian dimakan bersama-sama atau dibagikan kepada hadirin.