Home Warta Seputar Posyandu Regenerasi Kader Posyandu di Solo Sulit

Regenerasi Kader Posyandu di Solo Sulit

 

Regenerasi kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di Kota Solo yang diproyeksikan untuk menggantikan seluruh kader yang kini berusia tua mengalami kesulitan. Di samping tidak adanya kepedulian generasi muda terhadap fungsi dan peran Posyandu dalam pengembangan anak-anak berusia bawah lima tahun atau balita dan orang-orang lanjut usia atau lansia, hampir semua satuan kerja perangkat daerah (SKPD) Pemerintah Kota (Pemkot) juga kesulitan memotivasi masyarakat.

“Pembentukan Posyandu sebenarnya berdasarkan filosofi pengembangan mayarakat, khususnya balita dan lansia dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan model kaderisasi. Namun setelah Posyandu berjalan bertahun-tahun dan kadernya sudah berusia tua semua, regenerasi kadernya macet. Itu berarti kaderisasinya tidak berjalan,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Solo, dr. Siti Wahyuningsih kepada wartawan, di rumah dinas Walikota Solo, Loji Gandrung, Rabu (12/6/2013).

Kepala Dinas Kesehatan itu mengingatkan, dalam banyak aspek peran Posyandu sebenarnya sangat besar. Dia tidak tahu persis penyebab sulitnya regenerasi kader-kader Posyandu yang merata di semua RT, RW dan keluruhan se-Kota Solo. Padahal, kader-kader Posyandu pada umumnya juga kader dan pengurus PKK di semua jenjang tersebut.

Secara spesifik, menurut dr. Siti Wahyuningsih, masyarakat beranggapan penanggungjawab Posyandu adalah Dinas Kesehatan karena aktivitas utamanya lebih banyak masalah kesehatan balita dan lansia. Namun diingatkan, "leading sector" Posyandu sebenarnya adalah Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapermas) dan didukung seluruh SKPD Pemkot Solo.

“Jadi, Dinas Kesehatan sebenarnya hanya salah satu SKPD sebagai pembina teknis kesehatan. Sedang secara kelembagaan, penanganan Posyandu merupakan tugas bersama. Sehingga kalau seluruh SKPD terlibat dalam kaderisasi Posyandu, barangkali kesulitan regenerasi kader dapat teratasi,” jelasnya.

Saat ini, sambung dr. Siti, di Kota Solo terdapat lebih dari 6.000 kader Posyandu, dengan perhitungan rata-rata lima orang per Posyandu yang seharusnya sudah diganti karena berusia tua. Dalam kunjungannya ke Posyandu-posyandu secara rutin setiap bulan sekali, Kepala Dinas Kesehatan itu selalu bertemu dengan kader-kader yang belasan tahun, bahkan puluhan tahun masih duduk sebagai pengurus.

“Dari tahun ke tahun, kader yang saya temui ya itu-itu juga orangnya dan sekarang sudah berusia tua. Karena sudah berusia tua dan mengurus Posyandu sambil momong cucu, kalau mengajukan proposal menempel meterai saja keliru. Ini berarti kaderisasi tidak jalan,” tandasnya.

Di bidang pelayanan kesehatan, khususnya di Posyandu balita, menurut Dr. Siti Wahyuningsih memang belum ada dampaknya yang signifikan. Namun kalau dalam jangka pendek tidak segera dilakukan regenerasi kader, kualitas layanan Posyandu tidak akan mengalami peningkatan.

Dalam pengamatan Kepala Dinas Kesehatan itu, sebenarnya banyak ibu-ibu muda yang tidak memiliki aktivitas selalu memanfaatkan layanan Posyandu balita secara rutin. Diakuinya, di antara ibu-ibu muda ada yang sudah terlibat dalam pelayanan Posyandu balita, namun jumlahnya belum ada lima persen dari total kader tua yang berjumlah 6.000-an orang.

“Ibu-ibu muda sekarang sebenarnya banyak yang menganggur, tetapi tidak mau terlibat di Posyandu. Sebenarnya, pengurus Posyandu tidak terbatas ibu-ibu, bapak-bapak pun seharusnya juga dilibatkan dalam kepengurusan,” ujarnya lagi.

 

Sumber: pikiran-rakyat.com

 
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner

" Mens sana in corpore sano ... di sinilah pembentukan manusia dan SDM unggul dimulai"
Bu Ratih Ketua Pos Yandu TTC

Banner
Banner
free counters
Free counters

My site is worth$15,643.58Your website value?