KB MOW Surabaya pecahkan rekor MURI
Keluarga Berencana (KB) metode operasi wanita (MOW) dengan jumlah peserta mencapai 886 orang di Kota Surabaya, Jawa Timur, berhasil memecahkan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).
"Saya ucapkan terima kasih kepada seluruh kader KB karena tanpa komitmen mereka dalam melakukan sosialisasi rekor ini tidak akan tercapai," kata Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, usai penyerahan penghargaan dari MURI di Balai Kota Surabaya, Minggu.
Rekor MURI bernomor register 5.340 itu memecahkan rekor yang sebelumnya diukir Kediri, Jawa Timur, pada 12 Februari 2012 sebanyak 654 peserta. Pemecahan rekor dilakukan selama dua hari mulai Sabtu (25/2) hingga Minggu (26/2) di empat rumah sakit di Surabaya, yakni Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) dr. Ramelan, RS Angkatan Udara (RSAU) dr. Soemitro, RS Angkatan Darat (RSAD) Brawijaya dan RS Pelabuhan Surabaya (PHC).
Berdasarkan catatan yang masuk ke MURI, pelaksanaan MOW di RSAL dr Ramelan diikuti 219 peserta, RSAD Brawijaya diikuti 117 peserta, RSAU dr Soemitro diikuti 361 perserta, dan RS Pelabuhan diikuti 189 peserta.
Risma mengatakan, pemecahan rekor itu dilakukan bukan hanya agar nama Surabaya tercatat dalam MURI, tapi lebih untuk menghambat laju pertambahan penduduk dan memberikan layanan terbaik bagi masyarakat.
"Pengendalian angka kelahiran merupakan faktor krusial dan menjadi perhatiannya. Jika angka kelahiran tidak bisa dikendalikan, dampak besar akan terlihat dalam lima tahun ke depan. Masalah tidak hanya muncul di sektor pendidikan, tapi juga dalam hal pemukiman," katanya.
Saat ini saja, lanjut dia, pihaknya sudah menerima 1.600 pengajuan permintaan warga untuk menempati rumah susun (rusun), namun pemerintah kota Surabaya baru bisa menyediakan setengahnya saja.
Jika angka kelahiran tidak dikendalikan, menurut dia, maka bukan tidak mungkin permintaan untuk pemukiman akan semakin bertambah. Padahal ketersediaan lahan di Surabaya makin terbatas.
"Selain pendidikan dan pemukiman, orang juga akan sulit mencari pekerjaan jika angka kelahiran tidak dikendalikan sejak sekarang," kata Risma.
Saat ini, kata Risma, pemkot hanya bisa menghambat laju pertumbuhan penduduk, termasuk terus menggugah kesadaran warga untuk menggunakan KB. "Kami tidak akan berhenti, ini tantangan yang terus ada tiap tahun. Apa yang kami lakukan hari ini akan memiliki guna pada beberapa tahun ke depan," katanya.
Senior Manager MURI, Paulus Pangka, mengatakan bahwa Surabaya bisa memberikan arti yang besar untuk kontrol laju pertumbuhan penduduk. Bukan hanya bagi Indonesia, tapi juga dunia. Program KB MOW sendiri baru ada di Indonesia dengan pelopor di Surabaya.
"Melihat pentingnya peranan KB dalam menghambat laju pertambahan penduduk sebaiknya BKKBN diusulkan agar bisa setingkat dengan kementerian," kata Paulus.
Sumber: antaranews.com