Orangtua, Garda Terdepan Penanganan Kanker Anak
Meskipun terdengar cukup fantastis, sebenarnya kanker yang terjadi pada anak-anak bisa disembuhkan karena masih berada pada stadium awal, asalkan telah dilakukan upaya deteksi dan pengobatan dini. Disinilah peran orangtua sangat dibutuhkan.
Meningkatnya jumlah penderita kanker anak di seluruh dunia sangatlah memprihatinkan. Di Jabodetabek sendiri angkanya diperkirakan telah mencapai 650 anak dari 12 juta jiwa. Sedangkan dengan jumlah penduduk 220 juta jiwa diperkirakan terdapat kurang lebih 11.000 kasus baru per tahunnya di Indonesia dan sebagian besar berasal dari keluarga kurang mampu.
"3 besar jenis kanker yang terjadi pada anak-anak di Indonesia adalah leukemia (kanker darah), retinoblastoma (kanker pada retina mata) dan kanker tulang," ungkap Prof. Dr. dr. Nila F. Moeloek, Sp.MK. dari Yayasan Kanker Indonesia.
Hal itu diungkapkan Prof Nila dalam acara temu media ICCCPO Asia Meeting 2012 di Hotel Sheraton Mustika Yogyakarta, Minggu (22/4/2012).
Untuk meningkatkan kesadaran para orangtua terhadap risiko kanker pada anak-anak yang terus mengintai, Yayasan Onkologi Anak Indonesia (YOAI) dan Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) menyelenggarakan International Confederation of Childhood Cancer Parent Organizations (ICCCPO) untuk kedua kalinya di Indonesia. Bersamaan dengan ini, digelar pula Kongres SIOP (The International Society of Pediatric Oncology) yang ke-7.
ICCCPO merupakan organisasi terbesar di dunia yang merepresentasikan keluarga anak-anak penderita kanker. Organisasi ini didirikan pada tahun 1994 dan kini telah memayungi 147 organisasi orang tua anak penderita kanker dari 81 negara.
ICCCPO lebih melihat isu kanker anak dari sudut pandang orangtua sehingga orangtua bisa menjadi garda terdepan penanganan dan pengurangan risiko kanker yang terjadi pada anak-anak.
"Melalui ICCCPO Asia Meeting 2012 ini kami berharap dapat berbagai pengalaman dan pengetahuan agar dapat memberikan pengobatan dan perawatan yang baik lagi, selain juga memenuhi kebutuhan psiko-sosial serta pendidikan anak dengan kanker di Asia, khususnya di Indonesia," ujar Prof. (em) Dr. dr. Iskandar Wahidiyat Sp.AK.
Kongres ini dihadiri oleh perwakilan organisasi orang tua anak penderita kanker dari 12 negara, diantaranya Bangladesh, Jepang, Korea, Nepal, Singapura, Hongkong, Vietnam, Filipina, Maroko, Iran, Malaysia dan tentu saja Indonesia.
Wakil dari ICCCPO, Benson Pau menyadari bahwasanya ada banyak kendala yang masih terjadi pada penderita kanker di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Di negara berkembang yang rata-rata penduduknya masih berpendapatan rendah, hanya 1 dari 10 anak yang mampu bertahan dari kanker, terutama karena kurangnya akses informasi dan finansial," ujar Benson.
"Oleh karena itu sebagai organisasi internasional, kami (ICCCPO) terus berupaya meluaskan jaringan terutama ke negara-negara berkembang agar orang tua anak dengan kanker bisa mendapatkan akses langsung untuk memperoleh informasi mengenai kanker pada anak sehingga lebih banyak lagi anak yang dapat ditolong," jelasnya.
Selain itu untuk pertama kalinya, dalam ICCCPO Asia Meeting 2012 ini diadakan pertemuan survivor (anak-anak yang pernah menderita kanker) secara terpisah. Pertemuan ini dihadiri sekitar 36 partisipan dari 12 negara, termasuk seorang pasien kanker anak yang berhasil mendapatkan transplantasi sumsum tulang belakang di RS Kanker Dharmais pada 2008.
Sesuai dengan temanya, 'Our Voices, Strength and Well-Being', dalam pertemuan ini para survivor akan berbagi pengalaman hidupnya untuk saling menguatkan.
Sumber: detik.com