Home Perlin. Keluarga Kekerasan Dalam Rumahtangga Kenapa Laki-Laki Melakukan Tindakan KDRT?

Kenapa Laki-Laki Melakukan Tindakan KDRT?

Sebagain besar masyarakat pada umunya menyadari bahwa kekerasan dalam rumah tangga memang bukanlah hal yang terpuji, apapun alasan yang berusaha membenarkannya. Tapi di lain pihak, angka kasus KDRT semakin melambung dari tahun ke tahun yang hampir semuanya dilakukan oleh suami kepada istrinya. Kemudian timbul pertanyaan; Kenapa seorang suami tega melukai wanita yang dipilihnya sendiri sebagai pendamping hidup, yang juga adalah Ibu dari anak-anaknya? Bukankah seharusnya suami berperan sebagai seorang pengayom, dan bukan sebaliknya?

Konon, laki-laki yang kerap melakukan kekerasan kepada istrinya didasari dengan latar belakang keluarga dimana Ayahnya dulu juga sering melakukan kekerasan. Tapi pada penelitian berikutnya hal ini terbukti tidak relevan. Sebagian besar pelaku KDRT mempunyai ketergantungan terhadap alkohol, sementara sebagiannya lagi berasal dari latar belakang keluarga yang kurang mampu dengan pendidikan yang minim.

Tapi ternyata hal itu pun tidak relevan dan tidak bisa dibenarkan sebagai alasan laki-laki berlaku kasar kepada istrinya. Situs Better Health Channel mengatakan, para peneliti mendapati bahwa pria yang melakukan KDRT sering kali mengalami hal ini:

* Menggunakan kekerasan fisik dan emosional untuk mengontrol keluarganya. Memberi label “buruk”, “sundal”, “bodoh”, dan sebagainya kepada istri atau anak-anak sudah merupakan bentuk kekerasan emosional.

* Meyakini bahwa mereka memiliki hak untuk berperilaku dengan cara apa pun yang mereka pilih ketika sedang berada di rumahnya.

* Berpikir bahwa pria sejati harus tangguh, kuat, dan menjadi kepala rumah tangga. Oleh karena itu, mereka juga meyakini bahwa merekalah yang harus mengambil semua keputusan, termasuk berapa jumlah uang yang boleh dibelanjakan.

* Percaya bahwa pria berhak menuntut hubungan seks dari pasangannya.

* Mereka tidak bertanggung jawab atas perbuatannya dan menganggap bahwa istri atau lingkunganlah yang memprovokasinya.

* Membuat alasan mengenai kekerasan yang dilakukannya, seperti menyalahkan alkohol atau stres karena pekerjaan.

* Mengaku kehilangan kontrol ketika sedang marah kepada keluarganya, tetapi mampu mengontrol kemarahannya ketika berada di antara orang lain. Mereka cenderung tidak menggunakan kekerasan dalam situasi lain, misalnya ketika sedang bersama teman-teman, atasan, atau rekan kerjanya.

* Mencoba menyalahkan orang lain bila terjadi pembenaran atau penyangkalan kekerasan yang mereka lakukan atau pengaruh kekerasan tersebut terhadap wanita dan anak-anak.

Pandangan dan pola pikir yang merendahkan eksistensi perempuan dalam sebuah keluarga adalah faktor utama terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Dan pola pikir ini terbentuk dalam masa pertumbuhan laki-laki tersebut di dalam lingkungannya, sehingga sifat gemar melakukan kekerasan dalam rumah tangga bukanlah sebuah sifat yang mudah dihilangkan, apalagi bila sudah menjadi kebiasaan.

 

Sumber erwinmiradi.com

 
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner
Banner

" Banyak sekali cara beribadah. Dan di sini salah satunya"
Bu Dewi Kader dari RT 3

Banner
free counters
Free counters

My site is worth$15,643.58Your website value?