Berbicara masalah Posyandu, selama ini identik dengan urusan ibu-ibu. Tidak salah, meski tidak sepenuhnya benar.

Jika kita pergi ke Posyandu, kebanyakan yang mengantar anak-anaknya adalah para ibu-ibu, atau para pengasuh anak-anak tersebut. Jarang sekali para Bapak bersedia menjadi kader Posyandu , atau mengantar anaknya ke Posyandu.

Namun, lain halnya yang terjadi di Jawa Barat. Saya terperangah, ketika mendapati banyak para Bapak yang concern melakukan pendampingan pada para kader Posyandu, dan mereka sangat menguasai tentang keposyanduan.

Dulu, saya pernah merasakan masa populernya Posyandu, seiring dengan selalu diputarnya lagu wajib Posyandu.

"Aku anak sehat, tubuhku kuat ..."

dst,...

Namun, rupanya saat ini Posyandu kurang banyak mendapat respon dari masyarakat, jika dibandingkan dulu. Kegiatan menimbang, imunisasi dan deteksi tumbuh kembang balita sudah bergeser ke dokter-dokter praktek. Setidaknya ini yang terjadi di lingkungan saya. Akhirnya, diperlukan kesadaran masyarakat secara kolektif akan pentingnya membawa anak ke posyandu, bukan hanya untuk kepentingan ibu dan anak saja, tapi lebih jauh, untuk keakuratan data kondisi masyarakat, sehingga kebijakan-kebijakan pemerintah yang akan diturunkan  berangkat dari angka yang riil.

Satu hal lagi, bahwa Posyandu bukan hanya sekedar tempat menimbang bayi, tapi sinergitas program Posyandu juga mencakup urusan Remaja, Lansia, Ibu, Keluarga, Pemberdayaan Masyarakat, Konseling Hukum dan lain-lain.

Jika melihat posisi Posyandu yang sangat strategis dalam masyarakat, sebenarnya tak berlebihan jika harusnya perhatian akan keberadaan Posyandu harus mampu menembus lintas sektoral, dalam arti yang sesungguhnya. Perhatian tersebut harus terlihat dari aksi nyata, bukan hanya sekedar retorika.

Sementara tugas berat bagi para Kader dan Para Pendamping Kader Posyandu adalah memaksimalkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat untuk optimalisasi fungsi Posyandu.

Jika Ibu dan Anak sehat, maka masyarakat sehat pun akan terwujud.

Salam Posyandu


Sumber: kompas.com